Jumat, 06 Juni 2008

Nilai tambah ekonomi kreatif



Membicarakan definisi ekonomi kreatif maka sesungguhnya ia menyangkut semua kreativitas yang dimiliki oleh setiap individu ataupun institusi yang dapat menghasilkan sebuah output dengan nilai jual. Jika kreativitas belum memiliki nilai jual, dia belum memiliki nilai ekonomi. Sehingga hanya sekedar kreatif. Pada hakikatnya, ketika kreativitas itu dikaitkan dengan sebuah nilai, maka kreativitas itu berhubungan dengan manfaat atau tidaknya, bukan nilai ekonomisnya. Sesuatu yang memiliki nilai jual, belum tentu membawa manfaat buat banyak orang, sebaliknya sesuatu yang tidak memiliki nilai jual terkadang bermanfaat walaupun tidak diketahui banyak orang

Nah, agar sesuatu yang tidak kelihatan manfaatnya menjadi bermanfaat dibutuhkanlah kreativitas. Contohnya sampah, bagi sebagian orang sampah adalah barang yang sepele, dianggap kotor bahkan menjijikkan. Namun bagi sebagian yang lain sampah adalah sebuah potensi untuk dijadikan sesuatu yang memiliki nilai ekonomis.
Di Negeri kita Indonesia tercinta, sektor ekonomi kreatif kebanyakan masih didominasi oleh sektor kesenian, musik, fashion, teknologi dan advertising, yang pertumbuhannya semakin meningkat. karena memang dalam sektor tersebut lebih membutuhkan model yang terbaru, sehingga model-model lama dianggap kuno dan tidak relevan. Padahal, ekonomi kreatif hampir tidak memiliki batasan, produk apa saja baik menyangkut kebutuhan pokok, kebutuhan sekunder ataupun tersier asal dibungkus dengan kreativitas, menjadi sesuatu yang menarik, memiliki nilai jual dan dilirik. Kreativitas menjadi jantung bagi berkembangnya sesuatu, kreativitas seharusnya tidak mengenal stagnasi.
Jika dedefinisikan kreativitas merupakan kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan imajinasi yang kreatif.
“.....creative....having the ability or power to create “a creative imagination”.(http://wordnet.princeton.edu/perl/webwn?s=creative).

Imajinasi yang kreatif dapat berbentuk konsep, design, seni atau hasil kerjaan seni yang membuahkan output. Kreativitas biasanya memiliki keunikan tersendiri, berbeda dengan yang lain, dan memiliki identitasnya tersendiri yang dalam ilmu marketing disebut sebagai diferensiasi. Ketika kreativitas membuat orang lain tertarik, terkadang ia memiliki nilai jual tersendiri, bahkan terkadang jika unik dan langka kreativitas itu memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hal ini banyak terjadi pada lukisan para pelukis terkenal, advertising, dan sekarang menembus pada propietary software. Akhirnya karena memiliki nilai jual terbentuklah ekonomi kreatif. John howkins dalam beberapa kesempatan wawancara seperti dikutip dalam http://portal.unesco.org menyampaikan bahwa:
...........”creativity is not new and neither is economics, but what is new is the nature and extend of the relationship between them, and how they combine to create extraordinary value and wealth

Bahwa kreativitas dan ekonomi bukanlah hal baru, namun yang baru adalah nilai alami dan perluasan hubungan antara kreativitas dan ekonominya, dan bagaimana mengkombinasikan keduanya untuk menciptakan nilai lebih yang luarbiasa dan mampu memberikan kesejahteraan. Majalah bussiness week menekankan bahwa produk yang didominasi oleh otak kiri terbungkus dengan harga yang lebih murah digantikan dengan kreativitas.

............increasingly, the new core competence is creativity -- the right-brain stuff that smart companies are now harnessing to generate top-line growth. The game is changing. It isn't just about math and science anymore. It's about creativity, imagination, and, above all, innovation.
(http://www.businessweek.com/magazine/content/05_31/b3945401.htm).

Permainan dalam perusahaan ataupun bisnis sudah berubah, saat ini bukan hanya sekedar matematika dan sains yang mendominasi, tetapi lebih kepada kreativitas, imajinasi, dan juga inovasi.
Maka jika kreativitas dikaitkan dengan ekonomi, input dan outputnya adalah ide, dan hal tersebut berlaku untuk semua bentuk barang dan jasa. Contoh sederhana adalah bahan-bahan pokok, bahan pertanian, ataupun yang berasal dari sumberdaya alam kita yang kaya. Jika kita mampu mengolahnya dengan sebuah kreativitas, niscaya akan mampu keluar dari grafik teori permintaan dan penawaran menemukan konsumenya sendiri yang tertarik untuk melirik menjadi sebuah brand yang unggul dicari dan diminati, intinya adalah keunikan konsep dan bentuk dari olahan hasil produksi berupa produk siap konsumsi. Bukankah kita sering melihat warung-warung kuliner yang dengan kemasan yang sedikit berbeda dari biasanya rame dikunjungi....?atau kita sering melihat bahan-bahan dari kayu dan bambu bisa memberikan nilai tinggi, bisa diekspor ke luar negeri? Maka, sebagaimana John Howkins menekankan bahwa
......the creativ economy consists of the transaction in (the resulting) creative products.

Ekonomi kreatif bisa dimunculkan dari apapun dan oleh siapapun. Karena kreativitas adalah milik siapapun yang mampu menciptakan, berimajinasi dan berkreasi. Nilai tambah kreativitas adalah kemampuannya untuk mengeluarkan produk dari belenggunya, ia adalah asset berharga yang tidak tampak, namun bisa dirasakan. Nah, menariknya dalam hal kreativitas, ekonomi Islam memberikan ruang yang flexible, dengan kaidah fiqhnya “ dalam hal mu'amalah segala sesuatu dibolehkan, kecuali yang dilarang, sebaliknya dalam hal ibadah segalanya dilarang, kecuali yang dibolehkan”. Jadi, ruang kreativ untuk memunculkan ekonomi kreativ harus diciptakan, disebarkan pada semua jenis produk yang ada. By: Wan's.

2 komentar:

kspm fe uty mengatakan...

siippppppppppppp....terimaksih atas pencerahannya....gbu

kspm fe uty mengatakan...

siippppppppppppp....terimaksih atas pencerahannya....gbu.......
tp koq sepi yaaa....kreatif kah ini????????????????
tanya ke.........napa..
ob

Template by - Abdul Munir | Daya Earth Blogger Template